Label

Jumat, 01 Maret 2013

Bihun Goreng telur puyuh

Bahan-bahan:
~ 300 gr Bihun
~4 siung bawang putih
~5 buah bakso (iris)
~2 buah telor (kocok)
~100 gr ayam (potong sesuai selera)...bisa juga ditambah dengan daging2 atau udang
~10 buah telor puyuh (rebus dan bersihkan kulitnya)
~1 batang daun bawang (iris)
~100 gr kol (potong sesuai selera)
~Kecap (secukupnya)
~Garam dan merica secukupnya)
~1 Buah cabe merah (iris)
~Minyak untuk menumis
~Air untuk merebus bihun

~

Petunjuk
Tumis setengah dari bawang putih sampai wangi..masukan kocokan telur masak sampai telur matang...masukan ayam dan irisan bakso...sisihkan
Lalu tumis bawang putih masukan bihun dan potongan kol...masukan air secukupnya kasih garam,merica dan kecap secukupnya aduk rata...dan masak sampai bihun matang (semua air meresap)....lalu masukan telur puyuh, campuran ayam, telur dan bakso...aduk rata...masukan potongan daun bawang dan cabe merah....

~Sajikan dengan bawang goreng dan sambal terasi
»»  READMORE...

Bukti kronologis masuknya Islam ke Nusantara

Bukti kronologis masuknya Islam ke Nusantara
    Masuknya agama Islam ke Nusantara belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa pendapat tentang kapan masuknya agama Islam ke Nusantara berdasarkan temuan-temuan atau bukti-bukti sejarah.
Beberapa sumber informasi tentang awal masuknya agama Islam ke Nusantara antara lain  sebagai berikut :
 
1. Abad ke -7 Masehi
 Sumber sejarah yang menginformasikan Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-7 Masehi adalah sebagai berikut :
a. Berita Cina Zaman Dinasti Tang yang menerangkan bahwa pada tahun 674 M, orang-orang Arab telah menetap di Kanton. Groeneveldt berpendapat bahwa pada waktu yang sama kelompok orang Arab yang beragama Islam mendirikan perkampungan di pantai barat Sumatera. Perkampungan tersebut namanya Barus/Fansur.

b.
Pada waktu Sriwijaya mengembangkan kekuasaan sekitar abad ke- 7 dan 8, para pedagang Muslim telah ada yang singgah di kerajaan itu sehingga diduga beberapa orang di Sumatera telah memasuki Islam.
c. Pada tahun 674 M, Raja Ta-Shih mengirim duta ke kerajaan Holing untuk membuktikan keadilan, kejujuran dan ketegaran Ratu Sima.

2. Abad ke -13 Masehi

Sumber sejarah yang menyatakan Agama Islam mulai masuk ke Nusantara pada abad ke-13 M adalah sebagai berikut :

a. Catatan perjalanan Marcopollo yang menerangkan bahwa ia pernah singgah di  Perlak pada tahun 1292 M dan berjumpa dengan orang-orang yang telah menganut agama Islam.
  b. Ditemukannya nisan makam Raja Samudra Pasai Sultan Malik Al-Saleh yang          berangka tahun 1297 M

c.  Berita Ibnu Batutah dari India. Dalam perjalanannya ke Cina, Ibnu Batutah singgah di Samudra Pasai pada tahun 1345 M. Ia menceritakan bahwa Raja Samudra Pasai giat menyebarkan Agama Islam.  

3. Abad ke -15 Masehi
      Sumber sejarah yang menyatakan Agama Islam mulai masuk ke Nusantara pada abad ke-15 M adalah sebagai berikut :
  a. Catatan Ma-Huan seorang Musafir Cina Islam, memberitakan bahwa pada abad ke-15 M sebagian besar masyarakat Pantai Utara Jawa Timur telah memeluk Islam.
   b.  Pemakaman muslim kuno di Troloyo dan Trowulan. Makam yang berangka tahun 1457 M membuktikan adanya bangsawan Majapahit yang sudah memeluk Agama Islam pada masa pemerintahan Hayam Wuruk.

c.   Makam salah seorang Wali Songo di daerah Gresik. Pada batu nisannya tertulis nama Malik Ibrahim (Bangsa Persia) yang wafat pada tahun 1419 M.
d .  Suma Oriental dari Tome Pires, catatan musafir Portugal ini memberitakan mengenai penyebaran agama Islam. antara tahun 1512 M sampai tahun 1515 M di Sumatera, Kalimantan, Jawa sampai sampai Kepulauan Maluku.  

Golongan pembawa Islam di Nusantara
Adanya interaksi antara pedagang dari penjuru dunia dengan intensitas yang tinggi, memunculkan beragam teori mengenai siapakah sebenarnya yang memperkenalkan Agama Islam kepada penduduk Nusantara. Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Nusantara menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya Menemukan sejarah, wacana pergerakan Islam di Indonesia, terdapat tiga teori yang memberikan jawaban tentang permasalahan waktu masuknya Islam ke Nusantara, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara.
Adapun ketiga teori tersebut yang menjelaskan mengenai masuknya Islam ke Nusantara antara lain sebagai berikut :
a. Islam datang dari Arab (teori Mekah)
b. Islam datang dari Gujarat (teori Gujarat)
c. Islam datang dari Persia (teori Persia) .


1. Islam datang dari Arab ( teori Mekah )
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori Gujarat. Dasar teori ini adalah :
Pada abad ke-7 yaitu tahun 674 M dipantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab) dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.
Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafii, dimana pengaruh mazhab Syafii terbesar pada waktu itu di Mesir dan Mekkah. Sedangkan Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
Raja-raja samudra Pasai menggunakan gelar Al-Maliki yaitu gelar tersebut berasal dari Mesir. Pendukung teori Mekah ini adalah Buya Hamka, Alwi Shihab, Ahmad Mansur Suryanegara, Fazlur Rahman, Crawford, Niemann, De Holander. Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad ke-13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya Agama Islam ke Nusantara terjadi sebelumnya yaitu abad ke-7 M dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.      
 
 2. Islam datang dari Gujarat ( teori Gujarat )Pendapat ini dikemukakakan oleh Soetjipto Wirjosoeparto dan   Christian Snouck Hurgronje dari Belanda. Ia berpendapat bahwa Islam masuk ke Nusantara bukan dari Arab. Melainkan dari Gujarat/India. Hubungan langsung antara Nusantara dan Arab baru terjadi pada masa kemudian yaitu contohnya hubungan utusan dari Mataram dan Banten ke Mekah pada pertengahan abad ke-7 M. Pendapat tersebut didasarkan  pula kepada unsur-unsur Islam di Nusantara yang menunjukkan persamaannya dengan India. Menurut pendapat Prof. DR. Azyumardi Azra (Direktur Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah), teori Gujarat yang dipopulerkan oleh Snouck Hurgronje tidak benar. Dia mengatakan Islam dibawa oleh pedagang yang datang dari Gujarat pada abad ke- 12 atau abad ke-13. Padahal masa itu, Gujarat dikuasai oleh kerajaan Hindu yang kerap mengusir kapal-kapal pedagang muslim yang disanggah.

3. Islam datang dari Persia (teori Persia)

Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Nusantara abad ke-13 M dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Teori ini mengungkapkan adanya kesamaan budaya yang dimiliki oleh beberapa kelompok masyarakat Islam Nusantara dengan penduduk Persia. Misalnya peringatan hari Asyura (10 Muharam) atas meninggalnya Hasan dan Husen cucu Nabi Muhammad, yang sangat dijunjung oleh orang Syi’ah/Islam Iran. Di Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro, penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi harakat. Baris atas disebut Jabar, bawah disebut Ajer, dan depan disebut Pes, sedang dalam bahasa Arab ejaan itu disebut Fathah, Kasrah dan Dhommah. Didalam tulisan Arab, Sin bergigi sedangkan dalam tulisan Persia tidak bergigi sementara itu, Oemar Amir Hoesin mengatakan bahwa di Persia terdapat suku bangsa ”Leren”. Beliau inilah yang dahulu datang ke tanah Jawa sebab di Giri terdapat Kampung Leran, dan nisan Maulana Malik Ibrahim (1419) di Gresik.
Pendukung teori Persia adalah  P.A. Hoesein Djajadiningrat, Haji Muhammad Said, J.C. Van Leur, M. Dahlan Mansur dan Haji Abu Bakar Aceh.  
 
Peran penyebaran Islam di Nusantara

Proses persebaran pengaruh Islam di Nusantara berjalan dengan lancar. Hal itu terbukti dari wilayah persebaran yang luas, mencakup hampir seluruh kepulauan Nusantara.

Penyebabnya antara lain sebagai tersebut :
  1. Agama Islam yang menyebar di Nusantara disesuaikan dengan adat dan tradisi bangsa Indonesia dan dalam penyebarannya dilakukan dengan damai tanpa kekerasan.
  2. Agama Islam tidak mengenal sistem kasta dan menganggap semua manusia mempunyai kedudukan yang sama di hadapan Allah SWT.
  3. Upacara-upacara dalam Agama Islam sangat sederhana bila dibandingkan dengan Agama lainnyaa.
  4. Faktor politik ikut memperlancar penyebaran Agama Islam di Nusantara, yaitu keruntuhan kerajaan Sriwijaya dan Majapahit sebagai kerajaan Budha dan Hindu di Nusantara.
  5. Syarat-syarat masuk agama Islam sangat mudah.Seseorang telah dianggap telah masuk Islam bila ia telah mengucapkan dua kalimat syahadat

Dari faktor penyebab tersebut diatas agama Islam dapat diterima oleh bangsa Indonesia tidak terlepas dari :
  1. Peranan para pedagang.
  2. Peranan para ulama/Wali


1. Peranan Pedagang

Awal penyebaran Agama Islam di Nusantara tidak lepas dari peran para pedagang. Para pedagang yang berdatangan di Nusantara berperan sebagai pedagang dan ulama (orang yang memahami ajaran Islam) Oleh karena itu, selain menjalankan profesi berdagang mereka juga  menyebarkan Agama Islam. Mereka amat giat memperkenalkan nilai-nilai Islam ke seluruh penduduk. Para pedagang Gujarat, Arab, dan Persia yang datang ke Nusantara berupaya mencari simpati dari masyarakat setempat. Melalui hubungan yang saling terbuka diantara raja, bangsawan, pedagang dan masyarakat setempat maka terjadilah perubahan sosial baik secara vertikal maupun horizontal.

Perubahan sosial secara vertikal ditandai dengan banyaknya pedagang Islam yang memperoleh keuntungan dari kegiatan dagangnya. Para pedagang tersebut memiliki kekayaan yang cukup banyak sehingga mampu meningkatkan status sosialnya. Menurut perjalanan Tome Pires yang mengunjungi pelabuhan Tuban dan Gresik pada tahun 1514 terdapat pedagang Islam yang kaya dan penguasa-penguasa di pelabuhan. Oleh karena itu para pedagang di pelabuhan Tuban dan Gresik memiliki otonomi yang kuat dan disegani oleh penguasa Majapahit. Islam dan dagang merupakan dua hal yang tidak dipisahkan pada zaman ramainya perdagangan di perairan Nusantara abad ke-12 – ke-17.

 
2. Peranan Ulama/Wali

      Selain para pedagang peran ulama dan Wali sangat besar dalam percepatan proses penyebaran Islam. Mereka menyebarkan agama Islam melalui langgar, surau/madrasah. Madrasah yang tersohor pada waktu itu seperti di Ampel, Giri, Tuban, Kudus dan Demak. Para ulama yang sangat berjasa dalam penyebaran agama Islam di Jawa adalah Wali Sanga atau Wali Sembilan. Wali adalah seorang Islam yang tinggi budi pekertinya dan tinggi dalam ilmu agamanya.Wali adalah sebutan bukan nama. Disamping mempunyai peranan yang sangat besar dalam penyebaran agama Islam di Jawa. Wali Sanga juga berperan sebagai penasihat raja dan pendukung raja-raja Islam yang berkuasa, bahkan ada yang menjadi raja, seperti Sunan Gunung Jati. 

         Adapun nama-nama Wali Sanga berikut perjuangannya dalam penyebaran agama Islam di berbagai daerah adalah sebagai berikut; Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Drajad, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati.

            Penyebaran agama Islam di Jawa selain dilakukan oleh Wali Sanga juga dilakukan oleh para ulama, seperti Syekh Siti Jenar (Demak), Sunan Tembayat (Klaten), Syekh Yusuf (Banten), Sunan Geseng (Magelang), Sunan Panggung (Tegal), dan Syekh Abdul Muhyi (Tasikmalaya), Syekh Burhanuddin (Minangkabau), Syekh Abdurrauf Al Fanhury ( Aceh ).

          Islam selain berkembang pesat di Pulau Jawa juga berkembang di  pulau lainnya di Indonesia. Dakwah Islam itu juga dilakukan oleh beberapa ulama besar, seperti; Datori Bandang (Gowa, Makassar), Dato Sulaiman (Sulawesi Tengah dan Utara), Tuan Tunggang ri Parangan (Kalimantan Timur) dan Penghulu Demak (Banjarmasin dan Kalimantan Selatan).
 

»»  READMORE...

Kamis, 07 Februari 2013

Peninggalan-Peninggalan Sejarah Kerajaan-Kerajaan Bercorak Hindu-Buddha


Peninggalan sejarah bercorak Hindu-Buddha di Indonesia pada umumnya berasal dari India. Dari penemuan-penemuan peninggalan budaya tersebut, menunjukkan bahwa persebaran Hindu-Buddha hampir meluas ke seluruh Indonesia. Peninggalan bercorak Hindu-Buddha banyak terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan.
Peninggalan bangunan zaman kuno yang sampai pada kita adalah bangunan yang terbuat dari batu dan dari bata saja, bangunan-bangunan ini semua sangat erat hubungannya dengan keagamaan, jadi bersifat suci. Bangunan-bangunan lain seperti keraton, rumah, pesanggrahan dan lain-lain tidak ada yang bertahan dengan perjalanan waktu, karena terbuat dari kayu dan bambu.
Menjelang masuknya pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia. Bangsa Indonesia sudah memiliki 10 macam kepandaian antara lain gotong-royong, bercocok tanam, pertukaran, dan lain-lain
Peninggalan sejarah kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Buddha di daerah-daerah Indonesia umumnya berupa:
1. Seni bangunan, meliputi candi, petirtaan (pemandian), benteng, dan gapura.
2. Seni rupa, meliputi relief, dan patung.
3. Seni sastra.
4. Agama.
5. Tulisan dan bahasa.
6. Sistem penanggalan.
1. Bentuk-Bentuk Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha
a. Candi
Candi adalah bangunan kuno yang dibuat dari batu atau bata. Bangunan ini berhubungan dengan agama Hindu atau Buddha dan bersifat bangunan suci.
Candi berasal dari kata candikagrha yang berarti kediaman candika nama lain dari Dewi Durga/Dewi Maut. Candi didirikan sebagai makam sekaligus tempat pemujaan.
Beberapa contoh bangunan candi antara lain:
1) Candi Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
a) Candi Hindu
(1)   Kelompok Candi Dieng, terletak di Kabupaten Wonosobo. Di sini terdapat beberapa candi yang oleh penduduk setempat diberi nama tokoh wayang, seperti Semar, Puntadewa, Bima, Arjuna, Gatutkaca, dan lain-lain.
(2)   Candi Sambisari, terletak di dekat Yogyakarta. Dibangun pada masa Raja Garung.
(3)   Kelompok Candi Loro Jonggrang (Prambanan), terletak di perbatasan Klaten-Sleman.
Di kelompok ini ada 3 candi induk, yakni Candi Siwa, Candi Brahma, dan Candi Wisnu.
(4)   Kelompok Candi Gedong Songo terletak di lereng Gunung Ungaran.
b) Candi Buddha
(1)   Candi Borobudur, terletak di Kabupaten Magelang. Dibangun pada masa Raja Samaratungga.
(2)   Candi Pawon (Brajanalan), terletak di Kabupaten Magelang. Dibangun oleh Pramodyawardani.
(3)   Candi Mendut, terletak di Kabupaten Magelang. Di dalamnya terdapat patung Padmapani dan Wajrapani.
(4)   Candi Kalasan, terletak di Kabupaten Sleman. Dibangun oleh Raja Panangkaran.
(5)   Candi Ngawen, terletak di Kabupaten Muntilan. Candi ini dibuat oleh Raja yang beragama Hindu, dan diperuntukkan bagi umat yang beragama Buddha.
2) Candi Peninggalan Kerajaan Medang (Dinasti Isyana)
a. Candi Sumbernanas, terletak di Blitar. Dibangun oleh Raja Empu Sindok.
b. Candi Songgoriti, terletak di Batu Malang. Dibangun oleh Raja Empu Sindok.
c. Candi Gunung Gangsir, terletak di Bangil. Dibangun oleh Raja Empu Sindok.
d. Candi Lor (Anjuk Landang) terletak di Brebek, Nganjuk. Dibangun oleh Raja Empu Sindok.
e. Candi Pucangan, terletak di Gunung Penanggungan. Dibangun oleh Raja Airlangga.
f.   Candi Belahan, dibangun oleh Raja Airlangga.
3) Candi Peninggalan Kerajaan Kanjuruhan
Candi Badut, terletak di Malang. Candi ini dibangun pada masa Raja Gajayana (Limwa).
4) Candi Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
a. Kelompok Candi Muara Takus, terletak di Bangkinang, Kampar, Riau.
b. Kelompok Candi Gunung Tua, terletak di Padangsidempuan, Tapanuli, Sumatra Utara. Di kelompok ini ada satu candi yang bentuknya khas, yaitu Candi Biaro Barhal.
c. Candi Portibi.
d. Percandian Muara Jambi.
5) Candi Peninggalan Kerajaan Singasari
a. Candi Kidal, terletak di Malang merupakan makam Raja Anusapati.
b. Candi Kagenengan, terletak di sebelah selatan Singasari merupakan makam Ken Arok.
c. Candi Jago (Jajaghu), terletak di Malang merupakan makam Raja Wisnu Wardhana.
d. Candi Kumitir, merupakan makam Mahisa Campaka.
e. Candi Singasari, terletak di Malang merupakan makam Raja Kertanegara sebagai Bhairawa.
f. Candi Jawi, terletak di dekat Pringen merupakan makam Raja Kertanegara sebagai Syiwa Buddha.
6) Candi Peninggalan Kerajaan Majapahit
a. Candi Panataran, terletak di Blitar.
b. Candi Sawentar, terletak di Blitar.
c. Candi Tikus, terletak di Trowulan, Mojokerto.
d. Candi Sukuh, terletak di Karanganyar. Candi ini menunjukkan unsur Jawa asli.
e. Candi Ceta, terletak di Karanganyar.
b. Stupa
Stupa adalah bangunan dari batu yang berbentuk seperti tempurung yang merupakan ciri khas agama Buddha. Stupa berfungsi untuk menyimpan peninggalan keramat Buddha Gautama. Misalnya, stupa Candi Borobudur dan stupa Candi Kalasan.
c. Relief
Relief adalah seni pahat dengan gambar timbul. Pada umumnya dipahatkan pada dinding candi, terutama pada lorong-lorongnya dan melukiskan cerita yang diambil dari karya-karya sastra Hindu-Buddha.
Relief cerita yang penting kita dapati pada:
1) Candi Borobudur, terdapat 3 relief cerita:
a) Karmawibhangga: menggambarkan perbuatan manusia dan hukuman atas perbuatan itu.
b) Latitawistara: cerita rakyat Buddha Gautama dari lahir hingga mendapat bidhi. Relief ini terdapat pada dinding pertama.
c) Ganda Wyuha: menceritakan usaha Sudhana mencari ilmu tertinggi. Relief ini terdapat pada lorong dinding kedua.
2) Candi Loro Jonggrang (Prambanan), terdapat 2 relief cerita:
a) Ramayana: terdapat pada lorong Candi Syiwa diteruskan pada lorong Candi Brahma.
b) Kresnayana: terdapat pada lorong Candi Wisnu.
3) Candi Jago, terdapat 3 relief cerita yakni: Kresnayana, Parthayajna, dan Kunjara Karna.
4) Candi Penataran, terdapat 2 relief cerita, yakni Ramayana dan Kresyana.
5) Candi Surowono, terdapat relief cerita Arjuna Wiwaha.
d. Patung (Arca)
1) Patung agama Hindu, antara lain: Syiwa (Mahadewa, Mahaguru, Bhairawa, Mahakala), Wisnu, Brahma, Durga (Mahisa Sura Mardini, Kali, Parwati), Ganesha, Dwarapala, dan Linggayomi.
2) Patung agama Buddha.
a) Dhyani Buddha, ada lima bentuk: Wairocana (dewa penguasa zenith), Amithaba (dewa penguasa barat), Amogasidhi (dewa penguasa utara), Ratna Sambhawa (dewa penguasa selatan), dan Aksobhnya (dewa penguasa timur).
b) Dhyani Bodhisatwa, ada tiga bentuk: Awalokiteswara, Padmapani, Maitreya
c) Dewi Tara
e. Seni Sastra
Seni Sastra Hindu-Buddha di Indonesia dibagi menjadi : Zaman Mataram, Zaman Kediri, Zaman Majapahit I, dan Zaman Majapahit II penjabarannya sebagai berikut.
1) Zaman Mataram (meliputi Mataram Kuno, Medang, dan Sriwijaya)
a) Kakawin Ramayana, abad IX.
b) Bagian-bagian Mahabhrata, abad X.
c) Kitab Sang Hyang Kamahayanikan, karya Sambhara Suryawarana, dikarang pada zaman Raja Empu Sindok.
d) Kitab Siwasasana (Purwadigama), merupakan kitab hukum. Dikarang pada zaman pemerintahan Raja Dharmawangsa.
e) Kitab Arjuna Wiwaha, karya Empu Kanwa. Dikarang pada zaman Raja Airlangga.
2) Zaman Kediri
Karya sastra zaman Kediri berupa Sastra Temban Jawa Kuno yang disebut Kakawin.
1) Kitab Kresnayana, karya Empu Triguna.
2) Kitab Smaradahana, karya Empu Dharmaja.
3) Kitab Bharatayuddha, karya Empu Sedah dan Empu Panuluh.
4) Kitab Gatot Kacasraya, karya Empu Panuluh.
5) Kitab Hariwangsa, karya Empu Panuluh.
3) Zaman Majapahit I (Majapahit Awal)
Karya sastra zaman Majapahit I berbentuk Kakawin.
1) Kitab Negara Kertagama, karya Empu Prapanca.
2) Kitab Sutasoma, Karya Empu Tantular.
3) Kitab Arjunawijaya, karya Empu Tantular.
4) Kitab Kunjara Karna.
5) Kitab Parthayajna.
6) Kitab Dharmasurya.
4) Zaman Majapahit II (Majapahit Akhir)
Karya sastra zaman Majapahit II berupa Sastra Tembang Jawa Tengahan yang
disebut Kidung
1) Kitab Pararaton
2) Kitab Tantu Panggelaran
3) Kitab Calon Arang
4) Kitab Sundayana
5) Kitab Pamancangan
6) Kitab Karawasrama
7) Kitab Bubhuksah
8) Kitab Panji Wijaya Krama
9) Kitab Ranggalawe
10) Kitab Hukum Kutaramanawa, karya Gajah Mada.
f.   Agama
Salah satu peninggalan sejarah yang bercorak Hindu-Buddha adalah agama, baik agama Hindu maupun agama Buddha. Agama Hindu pertama kali muncul di Indonesia pada awal abad ke-5 dengan berdirinya kerajaan Kutai dan tujuh buah peninggalannya yang berupa Yupa. Sampai sekarang agama Hindu masih banyak dianut oleh penduduk Bali. Agama Buddha telah masuk ke Indonesia dan berkembang pesat mulai abad ke-7. Masuknya agama Buddha berdasarkan penemuan beberapa Arca Buddha di Sempaga, Jember, dan Bukit Siguntang di Palembang. Sampai sekarang agama Buddha masih dianut oleh sebagian penduduk Indonesia.
g. Tulisan dan Bahasa
Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia meninggalkan beberapa prasasti yang sebagian besar berhuruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Prasasti-prasasti tersebut masih banyak tersimpan di Indonesia.
h. Sistem Penanggalan
Sistem penanggalan yang banyak digunakan oleh raja-raja Hindu-Buddha adalah Tarikh Saka (Tahun Saka) yang pertama kali digunakan oleh Raja Kanisakha.
Perbedaan waktu antara tahun Saka dengan tahun Masehi adalah 78 tahun. Misalnya Raja Sanjaya meninggal pada tahun 668 Saka. Maka kalau dibaca dengan tahun Masehi adalah 668 + 78 = 746 Masehi.
Ciri-Ciri Peninggalan Sejarah Bercorak Hindu-Buddhadi Berbagai Daerah
Dari peninggalan-peninggalan sejarah yang dikemukakan di atas, terdapat beberapa perbedaan ciri peninggalan sejarah Hindu-Buddha di berbagai daerah di Indonesia.
a. Ciri-Ciri Peninggalan Sejarah Bercorak Hindu
1) Bangunan Candi Hindu
Candi-candi yang bercorak Hindu di Indonesia, pada umumnya berfungsi sebagai tempat pemujaan, namun ada pula yang dipergunakan untuk kuburan raja-raja/makam.
a) Candi Hindu merupakan candi makam, yaitu tempat memakamkan abu jenazah raja. Di ruang dalam candi, biasanya terdapat arca orang yang meninggal yang dijadikan dalam wujud sebagai dewa agama Hindu. Arca itulah tempat pemujaan roh orang meninggal, yang pada umumnya adalah raja atau orang-orang terkemuka.
b) Bangunan candi Hindu terdiri atas tiga bagian, yaitu:
(1)   Bhurloka (bagian atas candi) melambangkan dunia fana.
(2)   Bhurvaloka (tubuh candi) melambangkan dunia pembersih atau pemurnian.
(3)   Svarloka (atap candi) melambangkan dunia para dewa.
c) (1) Bagian atas candi biasanya berbentuk bujur sangkar dan berdiri pada alas yang lebih tinggi daripada permukaan tanah.
(2) Bagian tubuh candi pada umumnya terdapat bilik tempat arca. Di bawah arca dibuat semacam sumur untuk meletakkan pripih (peti batu untuk menyimpan abu jenazah). Di bagian samping kiri, samping kanan, dan bagian belakang bilik utama dibuat relung-relung ajang diisi arca, biasanya arca Durga, Guru dan Ganesha.
(3)   Bagian atap candi bertingkat tiga, semakin ke atas semakin kecil. Di bagian puncak berbentuk semacam genta.
d)  Pada dinding candi terdapat relief yang menggambarkan situasi kerajaan atau masyarakat saat itu, keadaan alam, dewa-dewa, binatang-binatang ajaib, bidadari-bidadari, atau cerita kepahlawanan tertentu.
2) Patung Hindu
Patung/arca merupakan bagian terpenting dari bangunan candi. Candi dibangun untuk menyimpan patung/arca dewa. Ada tiga patung/arca utama pada candi Hindu, yaitu patung Dewa Siwa, Wisnu, dan Brahma.
Ciri-ciri patung Hindu, yang menggambarkan dewa, biasanya bertangan empat.
- Dewa Siwa, bertangan empat masing-masing memegang: camara (Penghalu lalat), aksamala (tasbih), kamandalu (kendi) dan trisula (mata tombak berujung tiga). Dewa Siwa juga dilukiskan dalam bentuk-bentuk lain seperti Mahaguru, Mahakala, dan Bhairawa yang menakutkan.
- Dewa Wisnu, empat tangannya memegang cakra (cakram), gada (pemukul), sangka (terompet kulit kerang), dan kuncup teratai.
- Dewa Brahma, berkepala empat dan bertangan empat yang memegang: Aksamala, camara.
- Dewa Ganesha, putra Dewa Siwa, mudah dikenali karena ia berkepala gajah dan bertangan empat dengan tanda-tanda dewanya. Di samping itu, dewa-dewa Siwa, Brahma, dan Wisnu dikenali juga karena binatang kendaraannya. Siwa berkendara lembu. Wisnu berkendara Garuda dan Brahma berkendara angsa.
3) Relief Hindu
Relief adalah lukisan yang digoreskan pada permukaan batu, berupa gambar atau hiasan. Biasanya relief dipahatkan pada dinding candi untuk menggambarkan urutan sebuah cerita atau kisah.
Relief yang bercorak Hindu, ciri-cirinya ada yang mengisahkan suatu cerita yang beraliran Hindu dari India, misalnya relief Ramayana di Candi Prambanan relief Kresnayana di Candi Jago.
b. Ciri-Ciri Peninggalan Sejarah Bercorak Buddha
1) Bangunan Candi Buddha
a)         Candi Buddha umumnya hanya berfungsi sebagai tempat pemujaan bagi raja. Di dalam candi biasanya terdapat patung Buddha yang didampingi Awalioteswara atau patung Tara.
b)         Bangunan candi Buddha umumnya terdiri atas tiga tingkatan, yaitu:
(1)   Kamadhatu (bagian dasar candi): melambangkan kehidupan manusia yang penuh dosa.
(2)   Rupadhatu (bagian tengah candi): melambangkan kehidupan manusia di dunia yang hanya mementingkan nafsu.
(3)   Arupadhatu (bagian atas candi): melambangkan manusia sudah mencapai nirwana.
2) Stupa
Stupa biasanya terletak pada puncak candi yang bercorak Buddha. Contoh  stupa dapat dilihat pada candi Borobudur di Jawa Tengah, candi Sumberawan di Jawa Timur, dan candi Muara Takus di Riau.
Ada tiga bagian penting dari bangunan stupa, yaitu:
-    Dasar stupa, yaitu merupakan pondasi bangunan yang menjadi simbol jubah Buddha yang dilipat segi empat.
-    Andha, adalah bagian bangunan terpenting berupa bulatan setengah bola yang melambangkan keabadian.
-    Yasthi, adalah puncak bangunan yang dilengkapi dengan Cathra (payung) yang merupakan simbol tongkat Buddha Gautama.
3) Patung Buddha
Patung-patung dalam agama Hindu berbeda dengan patung-patung dalam agama Buddha. Patung-patung Buddha selalu digambarkan dalam sikap duduk bersila. Tangannya hanya dua dan selalu digambarkan dalam sikap tangan di depan badannya dengan berbagai sikap jari-jari yang dinamai mudra.
4) Relief Buddha
Relief bercorak Buddha ciri-cirinya adalah melukiskan suatu cerita yang
berhubungan dengan Buddha Gautama. Ada yang menceritakan riwayat sang Buddha Gautama sejak lahir sampai amanat pertama di Taman Rusa. Ada pula yang menceritakan perbuatan-perbuatan Sang Buddha Gautama. Relief yang bercorak Buddha contohnya adalah relief yang melukiskan perjalanan sang Buddha Gautama pada Candi Borobudur.
c. Perbedaan Candi yang Berlanggam Jawa Tengah dan yang Berlanggam Jawa Timur
Dilihat dari bangunannya, candi dibedakan menjadi dua bentuk (langgam), yaitu langgam Jawa Tengah dan langgam Jawa Timur. Termasuk candi berlanggam Jawa Timur adalah candi-candi yang berada di Sumatrea dan di Bali.
Langgam Jawa tengah
Langgam Jawa Timur
a. Bentuk bangunannya tambun
b. Atapnya berundak-undak.
c. Puncaknya berbentuk stupa atau ratna.
d. Gawang pintu berhiasakan kalamakara.
e. Umur candi lebih tua.
f. Berfungsi sebagai tempat pemujaan.
g. Menggambarkan susunan masyarakat
    yang feodal.
h. Reliefnya timbul agak menonjol dari
    lukisannya naturalis.
i. Letak candi di tengah halaman.
j. Kebanyakan menghadap ke timur.
k. Kebanyakan terbuat dari batu hitam
    (andesit).
a. Bentuk bangunannya ramping.
b. Atapnya merupakan perpaduan
    tingkatan.
c. Puncaknya berbentuk kubus.
d. Gawang pintu diberi kepala kala.
e. Umur candi lebih muda.
f. Berfungsi sebagai kuburan raja-raja.
g. Menggambarkan susunan masyarakat
    yang federal.
h. Reliefnya timbul hanya sedikit dan
     lukisannya simbolis menyerupai
     wayang kulit.
i. Letak candi di bagian belakang
    halaman.
j. Kebanyakan menghadap ke barat.
k. Kebanyakan terbuat dari batu bara.

Disunting dari : Buku IPS Kelas VII karangan Nanang Herjunanto dkk
»»  READMORE...

Daerah-Daerah yang Dipengaruhi Unsur Hindu-Buddha di Indonesia

Daerah-Daerah yang Dipengaruhi Unsur Hindu-Buddha di Indonesia
a. Daerah-Daerah di Indonesia yang Dipengaruhi Unsur Hindu
Agama dan budaya Hindu masuk dan tersiar di Indonesia kira-kira pada tahun 400 Masehi. Hal ini dibuktikan dengan diketumukannya 7 buah yupa di Kalimantan Timur.  Yupa tersebut merupakan peninggalan  Kerajaan Kutai. Dalam waktu yang hampir bersamaan Yupa sekitar tahun 450 Masehi, di Jawa Barat juga ditemukan 7 buah prasasti. Prasasti tersebut merupakan peninggalan kerajaan Tarumanegara.
Oleh karena Yupa dan prasasti di kedua kerajaan tersebut mempergunakan huruf Pallawa dan bangsa Sanskerta, maka diperkirakan kebudayaan Hindu menyebar ke beberapa daerah  di Indonesia pada tahap permulaan  berasal dari India Selatan. Agama dan budaya Hindu di Indonesia kemudian berkembang di kerajaan-kerajaan lain, seperti Kerajaan Mataram Lama, Medang, Kediri, Singasari, Majapahit, Sunda, dan Bali.
b. Daerah-Daerah di Indonesia yang Dipengaruhi Unsur Buddha
Penyiaran agama Buddha di Indonesia lebih awal daripada agama Hindu. Agama Buddha telah tersiar di Indonesia sejak abad ke-2 Masehi, buktinya:
a.   Ditemukannya arca Buddha dari perunggu di Sempaga (Sulawesi Selatan),
Jember (Jawa Timur). dan Bukit Siguntang (Sumatera Selatan). Dilihat dari
bentuknya area ini mempunyai langgam yang sama dengan arca Buddha yang dibuat di Amarawati  (India).
b. Ditemukannya arca Buddha dari perunggu di Kota Bangun (Kutai, Kalimantan Timur) yang memperlihatkan langgam seni Gandhara (India)
Agama Buddha masuk ke Indonesia dibawa oleh Bhiksu, salah satu di antaranya adalah Bhiksu dari Kashmir yang bernama Gunawarman. Kemudian untuk masa-masa berikutnya ternyata pengaruh agama dan budaya Buddha dibawa oleh orang-orang Indonesia sendiri yang pernah belajar di Perguruan Tinggi Nalanda, India. Agama Buddha yang tersiar di Indonesia adalah Buddha aliran Mahayana.
Pengaruh Buddha di Indonesia berkembang di kerajaan Melayu, Holing, Mataram Lama (Dinasti Syailendra), Kanjuruhan, Medang, Sriwijaya, Singasari, dan Majapahit.
Pada saat itu para penganut Buddha di Indonesia tidak terkonsentrasi pada suatu daerah tertentu. Agama Buddha di Indonesia mengalami perkembangan pesat abad VII - IX.
c.   Daerah-Daerah di Indonesia yang Tidak Dipengaruhi Unsur Hindu dan Buddha
Daerah-daerah di Indonesia yang tidak dipengaruhi unsur Hindu dan Buddha adalah wilayah Indonesia bagian timur, seperti Maluku dan sekitarnya, pulau-pulau di Nusa Tenggara, Sulawesi Utara, Bali serta Papua dan sekitarnya.
Penyebab tidak masuknya pengaruh tersebut, karena wilayah Indonesia bagian timur dianggap terlalu jauh untuk dijangkau pada saat itu. Selain itu, kawasan Indonesia sangat luas dan terdiri atas ribuan pulau yang terhampar dari barat sampai ke timur
»»  READMORE...

PERKEMBANGAN KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA

1.   Kerajaan Kutai


a.   Sumber Sejarah
Ditemukan prasasti yang dipahatkan pada tiang batu (Yupa) sebanyak 7 buah berhuruh Palawa dan berbahasa Sansekerta, di Kutai
Letak Kerajaan Kutai adalah di Kalimantan Timur daerah Muara Kaman di tepi sungai Mahakam. Kutai merupakan kerajaan pertama di Indonesia. Kerajaan Kutai terletak di Kalimantan Timur daerah Muara Kaman di tepi sungai Mahakam. Peninggalan dari Kutai adalah 7 (tujuh) prasasti yang ditulis dengan huruf Pallawa, dengan bahasa Sanskerta.
 Semua prasastinya tertulis pada Yupa, yaitu tugu dari batu yang berfungsi sebagai tiang untuk menambatkan hewan yang akan dikorbankan. Dalam Yupa Kutai itu dapat kita ketahui tantang:
a.  Berisi silsilah : Kundungga berputera Acwawarman yang seperti dewa matahari. Acwawarman berputera tiga – seperti api tiga. Dari ketiga putra tersebut, Mulawarman raja yang baik, kuat dan kuasa. Sang Mulawarman telah mengadakan kenduri (selamatan), mengadakan korban, maka didirikanlah tugu oleh para Brahmana.
b.  Tempat sedekah : Sang Mulawarman, raja yang mulia dan terkemuka telah memberi sedekah 20.000 ekor lembu kepada para Brahmana di tempat tanah yang sangat suci “Waprakecvara”.
c.  Macam-macam sedekah yang lain seperti : wijen, malai bunga, lampu dan lain-lain.
Dari berita prasasti-prasasti tersebut dapat diketahui bagaimanakah keadaan sosial, ekonomi dan pemerintahan di Kutai.
a.  Raja Mulawarman disebut sebagai raja yang terbesar di Kutai, sebab menaklukkan raja-raja sekitarnya.
b.  Segi sosial, masyarakat mengenal kasta-kasta karena pengaruh India. Keluarga Kundungga pernah melakukan upacara Vratyastoma, yaitu upacara penyucian diri untuk masuk pada kasta Ksatria.
c.  Segi ekonomi : disebutkan raja menghadiahkan 20.000 ekor lembu, berarti peternakan maju, begitupun dalam bidang pertanian, karena Kutai terletak di tepi sungai. Dengan demikian Kutai merupakan kerajaan yang makmur. Namun perlu dicatat bahwa Kutai ini luput dari perhatian Cina.
b.   Peninggalan budaya berupa prasasti Yupa

2.   Kerajaan Tarumanegara

A.   Sumber Sejarah
1.  Berita dari Cina
  • Catatan Fa- Hien (414 M), yang mengatakan terdapatnya negara Ye-Po-ti (jawa)
  • Catatan   dinasti   Tang   dan   Sung,   yang   menyebutkan kerajaan  Tolomo  (Taruma)  pernah  mengirimkan  utusan ke Cina
2.   Prasasti yang ditemukan di jawa Barat (7 buah), seperti: prasast Ciaureteun/Citarum,   Kebon   Kopi, 
      Jambu,   Pasir   Awi,   Muara Cianten( semua didaerah Bogor), prasasti Tugu di Jakarta, prasasti Lebak 
     di  Banten  Selatan.  Prasasti  tersebut  ditulis  dengan  huruf Palawa  dan  berbahasa  Sansekerta.  Dari 
     sumber  sejarah  tersebut dapat disimpulkan  :
      a.   Kerajaan Taruma diperkirakan berdiri abad 5 M, terletak ditepi sungai Cisadane/Citarum Bogor Jawa
            Barat.
      b.   Kerajaan Taruma diperintah raja Sri Purnawarman
      c.   Agama yang dianut kerajaan, yaitu Hindu Syiwa
      d.   Raja purnawarman seoran yang gagah dan berani dalam perang, juga memperhatikan kehidupan   
            rakyat yang ditunjukkan dalam prasasti   tugu    yaitu   melakukan   penggalian   saluran   sugai
            Gomati  pada sungai  Candrabanga  6.112  tombak  (11  Km  ) selesai dalam waktu 21 hari, setelah
            selesai diadakan selamatan memberi korban 1000 sapi pada Brahmana

B. Peninggalan hanya berupa prasasti


3.   Kerajaan Holling / Kalingga

Diperkirakan   terletak   di   Jawa   Tengah   bagian   utara   (diantara purwaodadi hingga Blora dan
 lasem). Nama Kaling berasal dari Kalinga, nama sebuah kerajaan di India Selatan. Sumbernya adalah berita Cina yang menyebutkan  bahwa kotanya dikelilingi dengan pagar kayu, rajanya beristana di rumah yang bertingkat, yang ditutup dengan atap, Orang-orangnya sudah pandai tulis-menulis dan mengenal juga ilmu perbintangan.  Yang sangat tampak bagi orang Cina ialah orang Kaling (Jawa), kalau makan tidak memakai sendok atau garpu, melainkan dengan jarinya saja. Minuman kerasnya yang dibikin ialah air yang disadap dari tandan bunga kelapa (tuak).
A.   Sumber Sejarah.
  1. Berita catatan Cina (dinasti Tang ), bahwa abad ke 7 M di Jawa Tengah  telah  berdiri  kerajaan  Kaling(Kalingga),  pernah  megirim utusan ke Cina.
  2. Dalam   catatan   Itsing   (664)   disebutkan   bahwa   pendeta   Cina Hwining    mnegunjungi    kerajaan    Holing    dan    berusaha menerjemahkan kitab Budha Hinayana yang dibantu oleh pendeta Budha Yanabadra.
  3. Prasasti belum ditemukan
Berdasarkan sumber-sumber mengenai kerajaan Kaling tersebut, dapat diketahui bagaimana keadaan :
a.  Pemerintahan dan Kehidupan Masyarakat
Dalam berita Cina disebut adanya raja atau Ratu Sima, yang memerintah pada tahun 674 M. Beliau terkenal sebagai raja yang tegas, jujur dan bijaksana. Hukum dilaksanakan dengan tegas, hal ini terbukti pada saat raja Tache ingin menguji kejujuran rakyat Kaling. Diletakkanlah suatu pundi-pundi yang berisi uang dinar di suatu jalan. Sampai tiga tahun lamanya tidak ada yang berani mengambil.
b.  Keadaan sosial dan ekonomi kerajaan Kaling
Mata pencaharian penduduknya sebagian besar bertani, karena wilayah Kaling dikatakan subur untuk pertanian. Perekonomian, sudah banyak  penduduk yang melakukan perdagangan apalagi disebutkan ada hubungan dengan Cina.


4.   Kerajaan Kanjuruhan
Letak kerajaan Kanjuruhan adalah di Jawa Timur, dekat dengan kota Malang sekarang.
A.   Sumber Sejarah
Kerajaan Kanjuruhan ini tertulis dalam prasasti Dinaya, yang ditemukan di sebelah barat laut Malang, Jawa Timur. Angka tahunnya tertulis dengan Candrasengkala yang berbunyi : NAYAMA VAYU RASA = 682 Caka = 760 M. Dari prasasti ini dapat
disimpulkan :
  1. Kerajaan  Kanjuruhan  terletak  di  Kajuron,  Malang-  Jawa  Timur, berdiri pada abad 8
  2. Raja  pertama  bernama  Dewa  Simha,  putranya  bernama  Liswa setelah dilantik menjadi raja bergelar Gajayana melalui upacara abhiseka. Liswa ini mempunyai putri yang bernama Utteyana yang kawin dengan Janania.
  3. Gajayana memuja Sang Agastya ( Hindu Syiwa). Gajayana mendirikan tempat pemujaan untuk Dewa Agastya. Bangunan tersebut sekarang bernama candi Badut. Disebutkan pula, semula arca yang terbuat dari kayu cendana, kemudian diganti dengan batu hitam. Peresmiannya dilakukan pada tahun 760.
B.   Peninggalan budaya : Candi Badut didesa Kajuron

5.   Kerajaan Mataram Lama (dinasti Sanjaya)

A.   Sumber Sejarah
Prasasti Canggal yang ditandai dengan Candrasengkala Cruti Indria Rasa = 654 C = 732 M. Ditemukan di desa Canggal, daerah Kedu dekat desa Sleman, daerah Yogya. Prasasti ini berbahasa sanskerta dan hurufnya Pallawa. Isinya asal-usul Sanjaya dan pembangunan lingga di bukit Stirangga. Letak ibu kota kerajaan secara tepat belum dapat dipastikan, ada yang menyebut Medang di Poh Pitu, Ri Medang ri Bhumi Mataram. Daerah yang dimaksud belum jelas, kemungkinan besar di daerah Kedu sampai sekitar Prambanan (berdasarkan letak prasasti yang ditemukan). Diketahui  dari  Prasasti  Canggal  (732)  ,  Prasasti  Balitung  (907), Prasasti Argopuro (836), Prasasti Perot (850) dan peninggalan sejarah berupa candi Hindu dari sumber sejarah dapat disimpulkan.
  1. Kerajaan Mataram terletak di Jawa Tengah, dikelilingi gunung (Serayu,   Prau,   Sindoro,   Sumbing,   Ungaran,   Merbabu,   Sewu) didaerahnya  dialiri  Sungai    Bogowonto,  Progo,  Elo,  Bengawan Solo)
  2. Raja-raja    yang    memerintah,    berdasarkan    Prasasti    Matyasih ditemukan    silsilah    raja    diantaranya    :    Sanjaya, Panangkaran, Panunggalan,  Warak,  Garung,  Pikatan,  Kayuwangi, Watuhumalang, Watukaradyah Balitung. Sesudah raja Balitung memerintah masih ada beberapa nama lagi seperti  Daksa memerintah 910 –119, Tulodong : 919 – 921 dan Wawa : 921 – 927. Sesudah Wawa wafat digantikan Mpu Sindok menantu Wawa yang memindahkan kerajaannya ke Jawa Timur dan mendirikan dinasti baru yaitu Dinasti Icana pada tahun 928 M.
6.   Kerajaan Mataram Lama (dinasti Syailendra)

a.   Sumber Sejarah
Prasasti Kalasan (776), Prasasti Klurak (782) Prasasti Karang Tengah (824)   Prasasti   Ratu   Boko   (860)   Prasasti   Jatiningrat   (856)   dan peninggalan sejarah berupa candi Budha. Dari sumber sejarah dapat
disimpulkan :
  1. Terletak    antara    daerah    Bangelen    dan    Yogyakarta.    Pada pemerintahan Balaputradewa letaknya di gunung selatan berdasar bukti peninggalan Ratu Boko.
  2. Raja-raja  yang memerintah Banu, Wisnu,  Indra,  Samarathungga, Pramodhawardani.
  3. Pada   masa   Pramodhawardani   terjadi   persatuan   antara   dinasti Sanjaya   dengan   Dinasti   Syailendra   dimana   Pramodhawardabi menikah dengan Rakai Pikatan.
B.   Perkembangan Politrik kerajaan Mataram Lama
Mataram didirikan oleh raja Sanjaya mencapai puncak kejayaan pada masa raja Diah Balitung, adapun faktor yang mendukung adalah:
  1. Wilayah terletak didaerah yang subur
  2. Raja-raja yang cakap dan bijaksana sehingga dapat menjadi panutan rakyat
  3. Hubungan yang harmonis antara raja dengan kaum Brahmana
  4. Adanya toleransi yang tinggi antara agama Hindu dan Budha
  5. Raja-raja mampu menjalin hubungan diplomatik yang baik dengan
kerajaan-kerajaan yang ada disekitarnya seperti ( Sriwijaya, Siam India, Cina)

       Pada masa raja Wawa mataram oleh Mpu Sindok (menantu Wawa)
dipindah ke Jawa Timur: sebabnya adalah :
  1. Keadaan jawa Tengah yang kurang menguntungkan karena tidak memiliki pelabuhan yang baik
  2. Sering terjadi bencana alam terutama meletusnya gunung Merapi
  3. Terancan oleh kerajaan Sriwijaya
C.   Peninggalan Budaya : Bangunan candi bercorak Hindu seperti, Candi Komplek Dieng, Candi Gedong
      Songo, Prambanan, Sambi sari dan Ratu Boko. Bangunan  yang  bercorak  Budha    seperti  Candi 
      Mendut,  Pawon, Bororbudur, Kalasan, candi Sari dan candi Sewu


7.   Kerajaan Sriwijaya
A.   Sumber Sejarah
  1. Prasasti yang ditemukan didalam   negeri, prasasti Kedukan Bukit (688), Kota Kapur (686), Karang Berahi (686), Talang Tuo, Telaga Batu, Palas Pasemah.
  2. Prasasti Luar negeri : Prasasti Ligor, Prasasti Nalanda
  3. Brita  dari  Cina  ,  Catatan  Itsing  (Cina),  dan  Raihan  al  Buruni (Persia)
Dari sumber sejarah tersebut dapat disimpulkan :
  1. Kerajaan Sriwijaya pernah berpusat di Minangkabau (Riau daratan) kemudian pindah ke Jambi dan Palembang
  2. Raja-raja  yang  memerintah  :  Dapunta  Hyang  sebagai  pendiri,
Balaputra Dewa ( dari dinasti Syailendra –Jawa Tengah ) Kerajaan
mencapai kejayaan. Dan Sanggrama Wijayatunggawarman
a.   Faktor  pendukung Sriwijaya menjadi kerajaan besar
1)  Letaknya strategis, dijalur perdagangan antara India-Cina
2)  Runtuhnya kerajaan Funan
3)  Majunya aktifitas pelayaran dan perdagangan
4)  Memiliki armada / angkatan laut yang kuat
5)  Melayani distribusi keberbagai wilayah Nusantara

C.   Kehancuran   Sriwijaya   disebabkan   oleh   serangan   kerajaan   Chola Mandala  (India)  terhadap 
       raja  Sanggrama  Wijaya  tahun  1017  dan 1025. dan berdirinya kerajaan Majapahit.

D.   Peninggalan Budaya, seperti : Prasasti berbahasa Melayu Kuno, Arca Budha di Bukit Siguntang
       Palembang , candi Muara Takus di Riau


8.   Kerajaan Medang Kamulan
Kerajaan Mataram di Jawa Timur ini sering disebut kerajaan Medang. Mpu Sindok merupakan penguasa baru di Jawa Timur dan mendirikan wangsa Icyana. Keturunan Mpu Sindok sampai Airlangga tertulis di Prasasti Calcuta (1042 M) yang dikeluarkan oleh Airlangga. Isinya antara lain :
a.  Menguraikan silsilah Airlangga.
b. Peristiwa penyerangan raja Wora-Wari.
c. Pelarian Airlangga ke hutan Wonogiri.
d. Pendirian pertapaan di Pucangan.
e. Airlangga berperang melawan raja Wengker.
Mpu Sindok memerintah dari tahun 928 – 949 M. Selang kemudian, muncul Raja Dharmawangsa yang memerintah tahun 991 – 1016 M. Raja Dharmawangsa bermaksud menyerang Sriwijaya, tapi belum berhasil. Pemerintahannya diakhiri dengan peristiwa Pralaya yaitu penyerangan raja Wora-Wari di mana istana  Raja  Dharmawangsa  hancur.
Pengganti Dharmawangsa adalah Airlangga yang berhasil membangun kembali kerajaan Medang di Jawa Timur Airlangga terkenal sebagai raja yang bijaksana, digambarkan sebagai dewa Wisnu. Hasil sastra yang terkenal adalah Buku Arjunawiwaha karangan Mpu Kanwa. 
Pada akhir pemerintahannya Airlangga membagi dua kerajaannya yaitu menjadi Jenggala dan Kediri. Dua kerajaan ini yang bertahan untuk tetap hidup adalah kerajaan Kediri. Airlangga wafat pada tahun 1049 M.

A.   Sumber Sejarah
        Dapat  diketahui  dari  beberapa  prasasti  yang  dibuat  Empu  Sindok seperti Prasasti Pucangan, Anjukladang (limus) dan Prasasti Calcuta dan lain-lain. Dari sumber tersebut dapat disimpulkan :
  1. Kerajaan  Medang  terletak  di  Tambelang  –  Jombang  kemudian dipindahkan ke Watu Galuh diantara gunung Semeru dan Gunung Wilis-Jawa Timur
  2. Pendiri kerajaan Empu Sindok dengan Wangsa Isyana
  3. Raja-raja yang memerintah : Mpu Sindok bersama permaisurinya Pu Kbi (929-948), Sri Isyana Tunggawijaya + Lokapala (948-968), Sri  Makuta  wangsa  Wardana  (968-992),  Teguh  Darmawangsa (992-1017), Airlangga (1019-1049).
B.   Peninggalan  Budaya  :  Seni  Sastra  seperti  Kitab  Sang  Hyang  Kama Hayanikan    (  Jaman  Empu 
      Sindo),  Kitab  Erjuna  Wiwaha  –Empu Kanwa (jaman Erlangga), Kitab Calon Arang (jaman Erlangga).
      Seni bangunan dan arsitektur seperti : Candi Songoriti, Pertitan Belahan, Petirtan Jolotundo.

9.   Kerajaan Kediri
A.   Sumber Sejarah
  1. Prasasti Sirah Kenting, Prasasti di Tulung Agung dan Kertosono, Prasasti Ngantang, Prasasti Jaring, Prasasti Kamulan.
  2. Berita Cina berasal dari Kronik Chu Fan Chi yang dikarang oleh Ju Kua (1120)
      Dari Sumber sejarah tersebut dapat disimpulkan bahwa Wilayah Kediri meliputi Kediri, Madiun dan bagian barat Medang Kamulan, ibu kota di Daha Raja-raja    yang    memerintah    Jayawarsa,   Bameswara,    Jayabaya, Sarweswara,  Sri  Gandra,  Kameswara,  Kertajaya,.

Pada waktu terjadi pembagian kerajaan Airlangga, Samarawijaya sebagai raja Panjalu dan Panji Garasakan sebagai raja Jenggala. Terjadi perang saudara di antara keduanya. Raja Kediri yang pertama Bamecwara yang memerintah dari tahun 1117 – 1130 kemudian diganti oleh Jayabaya 1135 – 1157. Raja yang terkenal dengan ramalannya – Jangka Jayabaya. Kediri  mencapai puncak kejayaan pada masa Raja Jayabaya. Berakhirnya kerajaan kediri pada tahun 1222 Raja Kertajaya diserang oleh Ken Arok dari Tumapel dalam peristiwa Ganter.

B.   Peninggalan Budaya :  bidang arsitektur/bangunan tidak nampak tetapi dibidang  sastra  maju  pesat  seperti  :  Krisnayana,  Bharatayudha  oleh Empu Sedah dan Empu Panulu, Hariwangsa dan Gatotkacasraya oleh Empu  Panulu,  Samaradhahana  oleh  Empu  Dharmaja,  Writtasancaya dan   lubdaka   oleh   empu   Tanakung,   Sumanasantaka   oleh   Empu Monaguna.

10. Kerajaan Singasari

A.   Sumber Sejarah

  1. Kitab   Pararaton,   Kitab   Negara   Kertagama,   Prasasti   Balawi, Maribong, Kusmala dan prasasti Mula Kalurung.
  2. Berita  Cina,  yang  menyatakan  Kaisar  Khubulai  Khan  pernah mengirim pasukan untuk menahlukkan Singasari
Beradasarkan berita tersebut dapat disimpulkan bahwa lokasi Singasari terletak  disebelah  utara  Malang,  dibangun  oleh  Ken  Arok  setelah mengalajkan Kediri th 1222, Raja-raja Singasari setelah Ken Arok (Sri
Rajasa)    berturut-turut    adalah    Anusopati,    Tohjoyo, Wisnuwardana/Ranggawuni, Kertanegara (raja terbesar sekaligus raja terakhir   Singasari),   kehancuran   Singasari   akibat   serangan   Raja Jayakatwang (Kedisri).


• Pararaton atau disebut juga Katuturanira Ken Arok, isinya menceritakan riwayat Ken Arok dari lahir sampai menjadi raja dan urutan raja-raja yang memerintah di Singasari. 
• Negarakertagama ditulis oleh Prapanca yang merupakan seorang pujangga kraton Majapahit pada tahun 1365 : isinya : Pandangan filsafat, keindahan kraton Majapahit, perjalanan suci Hayam Wuruk ke tempat percandian leluhurnya antara lain ke Singasari. Memuat riwayat Ken Arok juga.
Selama perkembangan kerajaan Singasari diperintah oleh beberapa raja. Pertama adalah Ken Arok yang berhasil menjadi raja pertama Singasari. Setelah membunuh Tunggul Ametung (Akuwu di Tumapel) Ken Arok dapat  mengalahkan  Kertajaya Raja Kediri di pertempuran Ganter 1222. Istri Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes, dipersunting Ken Arok, menurut ramalan Ken Dedes akan menurunkan raja-raja besar. Setelah Ken Arok meninggal  karena dibunuh Anusapati (anak tirinya), maka Anusapati menggantikan sebagai raja. 
Tohjaya anak Ken Arok dengan Ken Umang membalas dendam dengan membunuh Anusapati. Tohjaya hanya beberapa bulan saja memerintah karena terjadi pemberontakan dan Tohjaya terbunuh. Ronggowuni dan Mahisa Campaka, sebagai raja dan patih yang memerintah di Singasari lebih kurang selama 20 tahun. Pemerintahannya stabil.
Putra Ronggowuni yang bernama Kertanegara, menggantikan ayahnya menjadi raja Singasari. Singasari mencapai puncak kejayaan di bawah pemerintahan raja Kertanegara.
Kertanegara terkenal dengan gagasannya untuk menyatukan seluruh kerajaan-kerajaan di Nusantara di bawah payung kekuasaan Singasari. Cita-cita ini dikenal sebagai Wawasan Nusantara I. Untuk melaksanakan cita-citanya Kertanegara melakukan :
- Perluasan daerah dan hubungan dengan luar negeri. Pengiriman expedisi ke Sumatra yang terkenal dengan ekspedisi Pamalayu 1275 M. Kertanegara mengadakan kerjasama dengan Campa untuk bersama-sama menghadapi Ku Bilai Khan dari Cina, yang dianggap sebagai ancaman oleh Kertanegara.
- Struktur Pemerintahan Singasari sudah lengkap, yaitu pada pemerintahan Kertanegara raja sebagai penguasa tertinggi. Kemudian didampingi dewan penasehat. Di bawahnya masih terdapat pegawai-pegawai yang mengawasi berbagai bidang. Bidang agama, pertahanan dan sebagainya.
- Kehidupan Agama, Singasari masa pemerintahan raja Kertanegara, agama Hindu dan Budha sama-sama berkembang. Kertanegara sendiri memeluk Ciwa-Budha, terjadi sinkretisme antara agama Hindu-Budha. Kertanegara menganut aliran Tantrayana.
Dengan politik perluasan daerah yang dicanangkan Kertanegara, banyak tentara yang dikirim keluar daerah.
Pada waktu sedang sepi penjaga, dan pasukan penjaga istana berkurang, Singasari diserang raja Kediri yaitu Jayakatwang. Kertanegara meninggal dalam peristiwa ini, dicandikan di dua tempat, di Candi  Jawi dan candi Singasari. Raden Wijaya dengan bantuan pasukan Tar-Tar (Cina) dapat mengalahkan Jayakatwang, dan mendirikan kerajaan Majapahit. Kertanegara sebagai raja terakhir dan terbesar dari kerajaan Singasari, diabadikan di beberapa tempat. Terkenal Arca Kertanegara yang bernama Joko Dolog di Surabaya. Wafatnya Kertanegara mengakhiri riwayat kerajaan Singasari

B.   Kehidupan    budaya    dan    arsitektur    berkembang    berkembang, peninggalannya berupa candi
       seprti candi Kidal, Jago, Singasari, arca dewi   Prajnaparamitha   (Perwujudan   kendedes)   Arca 
       Joko   Dolok (perwujudan Kertanegara)



11. Kerajaan Majapahit

A.   Sumber Sejarah
     Dari sumber tersebut dapat disimpulkan bahwa lokasi kerajaan Majapahit diperkirakan terdapat di Trowulan Mojokerto JawaTimur. Raja-raja yang memerintah, Raden Wijaya sebagai pendiri, Jayanegara, Tribuana Tungga Dewi, Hayam Wuruk   (mencapai   Puncak   Kejayaan),   Kusuma   Wardani/Wikrama
Wardana,  Suhita  (  terjadi  perang  Paregreg  dengan  Bre  Wirabumi) sehingga    majapahit    mengalami    kemunduran,    Kertawijaya, Rajasawardhana, Purwawisesa dansinghawikramawardhana. Keruntuhan  Majapahit  ditandai  dengan  candrasangkala  Sirno  Ilang Kertaning Bumi. (1400 C).



- Sumber-sumber sejarah Majapahit yaitu:
a. Prasasti  Buta (1294 M, prasasti ini dikeluarkan oleh Raden Wijaya setelah ia naik tahta. Prasasti ini memuat peristiwa-peristiwa keruntuhan Kerajaan Singasari dan perjuangan Raden Wijaya untuk mendirikan kerajaan)
b. Prasasti Kudadu (1294 M, mengenai pengalaman Raden Wijaya sebelum menjadi Raja Majapahit yang telah ditolong oleh Rama Kudadu dari kejaran balatentara Yayakatwang setelah Raden Wijaya menjadi raja dan bergelar Krtajaya Jayawardhana Anantawikramottunggadewa, penduduk desa Kudadu dan Kepala desanya (Rama) diberi hadiah tanah sima)
b. Kitab Negarakertagama
c. Kitab Pararaton
d. Buku-buku kidung, misal: Kidung Ronggolawe, Kidung Sundayana, Kidung  Harsawijaya,  Kidung  Panji  Wijaya  Krama
e. Prasasti-prasasti yang merupakan peninggalan raja Majapahit
f. Berita-berita Cina, misal kitab Ying Yai Sheng Lan. Karangan Ma Huan dan catatan-catatan dalam tambo dinasti Ming.
Dari sumber tersebut dapat disimpulkan bahwa lokasi kerajaan Majapahit diperkirakan terdapat di Trowulan Mojokerto JawaTimur. Raja-raja yang memerintah, Raden Wijaya sebagai pendiri, Jayanegara, Tribuana Tungga Dewi, Hayam Wuruk   (mencapai   Puncak   Kejayaan),   Kusuma   Wardani/Wikrama
Wardana,  Suhita  (  terjadi  perang  Paregreg  dengan  Bre  Wirabumi) sehingga    majapahit    mengalami    kemunduran,    Kertawijaya, Rajasawardhana, Purwawisesa dansinghawikramawardhana. Keruntuhan  Majapahit  ditandai  dengan  candrasangkala  Sirno  Ilang Kertaning Bumi. (1400 C).
- Berdirinya Majapahit
Setelah kerajaan Singasari hancur, Raden Wijaya bersama-sama pengikutnya lari karena dikejar tentara Kediri. Sampai di desa Kudadu mendapat bantuan dari kepala desa di Kudadu, kemudian melanjutkan perjalanan ke Madura minta perlindungan kepada Aria Wiraraja. Raden Wijaya disuruh pura-pura menyatakan takluk, sesudah dipercaya Jayakatwang agar minta daerah di hutan Tarik. Di Tarik tersebut Raden Wijaya mendirikan kerajaan yang kemudian kita kenal dengan kerajaan Majapahit
- Raja-raja yang memerintah di Majapahit
a. Raja pertama Raden Wijaya, bergelar Kertarajasa Jaya Wardana (1293-1309 M). Beliau menikah dengan ke empat puteri Kertanegara yaitu: Dyah Dewi Tribuwaneswari (permaisuri), Dyah Dewi Narendraduhita, Dyah Dewi Prajnaparamita, Dyah Dewi Gayatri. Langkah Raden Wijaya mengawini putri Kertanegara diduga berlatar belakang politik, agar tidak terjadi perebutan kekuasaan.
b. Setelah Raden Wijaya meninggal, tahta digantikan oleh Jayanegara atau Kala Gemet pada tahun 1309. Beliau merupakan raja yang lemah, sehingga banyak terjadi pemberontakan. Beberapa pemberontakan yang terjadi yaitu:
1).  Pemberontakan Ronggolawe dapat diatasi
2).  Pemberontakan Lembu Sora, dapat dipadamkan.
3).  Pemberontakan Nambi, dapat diatasi
4).  Pemberontakan Kuti pada tahun 1319, dapat diatasi berkat jasa Gajah   Mada dan jasanya tersebut Gajah Mada diangkat sebagai Patih Kahuripan. Pada tahun 1321 Gajah Mada diangkat menjadi Patih Daha.
c.  Tribuwanatunggadewi (1328-1350 M) Karena Jayanegara tidak mempunyai putra, tahta seharusnya jatuh ke tangan Gayatri. Karena Gayatri memilih menjadi Biksuni, maka Tribuwanatunggadewi putrinya ditunjuk sebagai wakil dan diangkat menjadi raja ketiga bergelar Tribuwanatunggadewi Jayawisnuwardani. Di bawah pemerintahannya terjadi pemberontakan Sadeng dan Keta, tapi semuanya dapat diatasi oleh Gajah Mada yang telah diangkat sebagai patih Majapahit.
Pada saat upacara pelantikan Gajah Mada sebagai Patih Majapahit tahun 1331, beliau mengucapkan sumpah yang terkenal dengan nama Sumpah Palapa. Inti sumpah tersebut adalah bahwa Gajah Mada tidak akan makan Palapa (arti palapa mungkin semacam rempah-rempah), tidak akan bersenang-senang/istirahat sebelum seluruh kepulauan Nusantara bersatu dibawah kekuasaan Majapahit.
Tahun 1350 Gayatri wafat, maka Tribuwanatunggadewi yang merupakan wakil ibunya segera turun tahta, menyerahkan tahtanya kepada putranya yaitu Hayam Wuruk.
d.  Hayam Wuruk (1350-1389 M) Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk ini, Majapahit mencapai jaman keemasannya. Cita-cita Gajah Mada yang diucapkan lewat Sumpah Palapa, disebut pula sebagai Wawasan Nusantara II dapat tercapai. Wilayah Majapahit, hampir sama dengan wilayah Republik Indonesia, maka Majapahit disebut sebagai Negara Maritim Nasional II. 
Selama pemerintahan Hayam Wuruk terjadi tiga peristiwa penting yaitu: peristiwa Bubad tahun 1357, perjalanan suci Hayam Wuruk ketempat leluhurnya serta upacara Crada yang diadakan untuk memperingati wafatnya Rajapadni tahun 1362. 
Dalam bidang ekonomi, Majapahit sebagai pusat perniagaan di Asia Tenggara waktu itu. Hasil-hasil yang diperdagangkan adalah beras, rampah-rempah, garam. Terjadi hubungan dengan negara lain seperti Siam, Ligor, Birma, Kamboja dan Annam.
a)   Hasil sastra jaman Majapahit antara lain:
b)   Kitab Negarakertagama karangan Prapanca
c)   Kitab Sutasoma karangan Tantular .
Terdapat Kitab “Kutaramanawa” yang berisi tentang aturan hukum di Majapahit. Sepeninggal Hayam Wuruk dan Gajah Mada Majapahit mengalami kemunduran. Pengganti Hayam Wuruk adalah puterinya yang bernama Kusumawardhani.
e.  Ratu Kusumawardhani (1389-1429 M)  Pada masa pemerintahannya terjadi perang saudara dengan Wirabhumi yang disebut perang Paregreg. Berakhir dengan terbunuhnya Wirabhumi. Setelah Kusumawardhani berturut-turut adalah:
1). Dewi Suhita (1429-1447 M)
2). Bhre Tumapel (1447-1451 M)
3). Bhre Kahuripan (1451-1453 M)
4). Purwawisesa (1457-1467 M)
5). Pandan Salas (1467-1478 M)
Berakhirnya pemerintahan Pandanalas, diganti dengan pemerintahan Giridrawardhana. Kerajaan Majapahit mulai mundur dan akhirnya runtuh, disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a.  Faktor Politik (dalam dan luar negeri).
 Tidak adanya negarawan yang tangguh yang dapat mempertahankan kesatuan wilayah yang sangat luas, sepeninggal Hayam Wuruk dan Gajah Mada. disamping itu, Perang saudara yang berlarut-larut antara Wirakrama Wardhana dan Bhre Wirabhumi (perang paregrek) memperlemah Majapahit.
b.  Faktor Ekonomi
 Majapahit dulu dapat menyatukan daerah pertanian dan bandar-bandar, setelah  ada ekspedisi Cina, bandar-bandar lebih suka langsung berhubungan dengan luar negeri. Bandar lebih demokratis, berusaha melepaskan diri dari Majapahit.
 c.  Faktor Agama
 Perbedaan ideologi. Penyebaran Islam di Asia Tenggara, melalui jalur perdagangan yang lebih dulu terpengaruh adalah bandar, maka bandar beragama Islam, Majapahit masih Hindu. Bandar-bandar menentang Majapahit. Ada pula pendapat yang mengatakan adanya serangan dari Demak. Dalam serat Kondo dan Babad Tanah Jawi runtuhnya Majapahit ditandai dengan candra sangkala: Sirna Ilang Kertaning Bumi : 1400 C = 1478 M.

B.   Kehidupan Budaya dan sastra berkembang pesat, peninggalan berupa bangunan, seperti candi Panataran,
      Sawentar, Sumberjati (Blitar), candi Tegawangi  dan  Surawana  (Pare,  Kediri),  candi  Tikus 
      (Trowulan), Candi  Brahu  (Mojokerto),  Seni  sastra  :  Kitab  Negara  Kertagama, Sutasoma, Arjuna
      wjiya, Kunjarakarna, Parthayajna, kitab Pararaton, Sundayana, Sorandaka, Ranggalawe,
      Paniwijayakrama, Usana Jawa.
»»  READMORE...